Rabu, 30 Juni 2010

PRAKTIKUM KONVERSI ENERGI

PRAKTIKUM KONVERSI ENERGI


Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pengujian kapasitas dan besaran besaran lain yang terkait dengan kinerja mesin / system konversi energy sesuai norma / standar pengujian.
2. Mahasiswa mampu menganalisa dan melakukan kajian terhadap hasil percobaan berdasarkan norma atau kaidah ilmu yang relevan.
3. Mahasiswa mampu menyusun laporan hasil percobaan sesuai norma tata tulis laporan hasil-hasil percobaan / experiment.
4. Mahasiswa mampu melakukan dan menyelesaikan pekerjaan baik dalam bentuk team work maupun mandiri.

Peralatan yang digunakan
1. Satu unit test-bed :
• Centrifugal Pump /
• Cooling Tower /
• Split type – Air Conditioning /
• Small type - Refrigeration System /
• Single stage Air Compressor /
• Serie – Paralel Pumping System /
• Axial Fan.

2. Alat Ukur yang digunakan :
• Yang terdapat pada unit Test-bed
Temperatur, Pressure, Flow, Humidity, dll (sebutkan type misal Digital Thermometer, Dial Hygrometer dsb)
• Alat ukur lain (Handy Instrument) : ....
3. Instrumen Pengambilan Data
• Data sheet /
• Check list /
• Computer

Dasar Teori
1. Prinsip kerja pompa centrifugal– max 4 baris
2. Komponen pompa centrifugal
3. Titik kerja sistem pompa
4. Kinerja sistem pompa (hydraulic power, shaft power, driver power, efisiensi, NPSH)
5. Pengaturan kapasitas dengan Trottle Valve
6. Pengaturan kapasitas dengan Variable speed
7. Pengaruh Pengaturan terhadap kinerja pompa

Untuk system refrigerasi
Point 1 s/d 4 sama dengan pompa ( kata pompa diganti dengan refrigerasi., NPSH diganti dengan COP dan COSP)
5. Pengaruh perubahan beban evaporator terhadap kinerja refrigerasi
6. Pengaruh perubahan suhu pendingin kondenser terhadap kinerja refrigerasi
Presedur percobaan
• Tahap Persiapan
Penyediaan berkas dan check list, Identifikasi instrumen, Pembagian tugas pengamatan dan pencatatan data, Pemeriksaan kesiapan Test-bed, Mengidupkan dan menjalankan simulasi pra percobaan, Diskusi interpretasi hasil pra percobaan.

• Tahap Pengambilan Data.
Jelaskan secara detail, terperinci tahapan pengamatan dan teknis pencatatan data.
Catat hal-hal khusus segala kejadian yang mungkin timbul selama pengamatan, misal suara, getaran, loncatan jarum meter, ketidak stabilan mesin dsb.
Meminta persetujuan hasil percobaan kepada pengampu dan kumpulkan copy data percobaan.

Pengolahan Data dan Pembahasan
Pengolahan data dan pembahasan merupakan tugas individu (bukan pekerjaan kelompok).
Hasil Pengolahan dapat berbentuk Data data atau Kurva tergantung dari norma umum penyajian karakteristik mesin.
Pembahasan merupakan ungkapan apakah hasil percobaan selaras denga dasar teori atau tidak. Jika tidak, berikan alasan yang bersifat akademis.
Kesimpulan Hasil Percobaan
Nyatakan secara tegas dan singkat tentang hasil akhir dari analisis / pembahasan
Diskripsikan secara ringkas jelas tentang hasil yang dicapai dalam kegiatan praktikum sudah sesuai dengan tujuan praktikum, berikan jastifikasi kesesuaian atau ketidak sesuaian tsb.

PEMANFAATAN BIO ETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR PENGGANTI BENSIN

PEMANFAATAN BIO ETANOL
SEBAGAI BAHAN BAKAR PENGGANTI BENSIN

I. LATAR BELAKANG
Kebutuhan bahan bakar minyak dewasa ini semakin meningkat, padahal telah diketahui bersama bahwa jumlah BBM semakin menipis. Oleh karena itulah diperlukan suatu sumber energi alternatif untuk menggantikan BBM yang semakin langka. Salah satu sumber energi yang dikembangkan yaitu bahan bakar dari bioetanol. Bioetanol yaitu etanol yang berasal dari sumber hayati dan mengandung pati seperti jagung, talas, tebu dll.
Alkohol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung pati seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Ubi kayu, ubi jalar, dan. jagung merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioethanol atau gasohol.
Secara umum ethanol/bio-ethanol dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi dll. Selain itu Bio-ethanol juga memiliki potensi sebagai bahan bakar alternatif. Untuk itu dilakukan berbagai pengembangan untuk mendapatkan Bio-ethanol yaitu memiliki grade sepadan dengan bahan bakar yang berada di pasar saat ini.

II. PERMASALAHAN
Dari uraian di atas kami memperoleh beberapa permasalahan yang akan dibahas kali ini yaitu :
1) Bagaimana proses pembuatan bioetanol?
2) Apakah kelebihan dari bioetanol tersebut disbandingkan dengan bensin?

III. TUJUAN
Tujuan yang ingin kami capai dari pembuatan artikel ini yaitu :
1) Mengetahui. proses pembuatan bioetanol
2) Mengetahui kelebihan dari bioetanol dan mampu membandingkannya dengan bensin.


IV. METODOLOGI
Potensi Pemanfaatan Bioetanol di Indonesia
Sebagaimana diketahui bahwa etanol/bioetanol mempunyai nilai oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan premium. Etanol/bioetanol apabila dicampur dengan premium dapat meningkatkan nilai oktan, dimana nilai oktan untuk etanol/bioetanol 98% adalah sebesar 115, selain itu mengingat etanol/bioetanol mengandung 30% oksigen, sehingga campuran etanol/bioetanol dengan gasoline dapat masuk katagorikan high octane gasoline (HOG), dimana campuran sebanyak 15% bioetanol setara dengan pertamax (RON 92) dan campuran sebanyak 24% bioetanol setara dengan pertamax plus (RON 95). Hal itu menunjukkan bahwa bio-ethanol dapat dimanfaatkan sebagai aditif pengganti MTBE untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan menghasilkan gas buang yang lebih bersih.
Pada tahun 2003, pasar HOG menurut Pertamina adalah sebesar 1750 kl/hari, dimana 1400 kl/hari berasal dari pertamax (RON 92) dan 350 kl/hari berasal dari pertamax plus (RON 95). Pada tahun yang sama etanol diperkirakan dapat memasok 294 kl/hari, dimana 210 kl/hari etanol yang dipasok setara dengan pertamax (RON 92) dan 84 kl/hari etanol yang dipasok setara dengan pertamax plus (RON 95). Apabila pada tahun 2013, diperkirakan pasar HOG dan etanol meningkat 10 kali lipat terhadap tahun 2003, sehingga dapat dipastikan bio¬etanol berpotensi untuk diproduksi dan dimanfaatkan. Potensi pemanfaatan bioetanol sebagai pengganti Pertamax dan Pertamax Plus di Indonesia Walaupun etanol/bioetanol mempunyai nilai oktan (octane rating) lebih tinggi dan emisi yang lebih bersih dibanding premium, namun etanol/bioetanol juga mempunyai sifat korosif dan membuat mesin lebih sulit distarter. Sifat korosif ini menyebabkan diperlukannya material yang tahan korosif pada peralatan-peralatan tertentu seperti, tanki bahan bakar, karburator, pipa-pipa, karet-karet penyekat dan Iain-lain peralatan. Sedangkan kesulitan dalam starter ini memang sulit dihindari, karena temperatur pembakaran sendiri/flash point etanol yang tinggi sehingga pembakaran secara homogen akan sulit tercapai pada tekanan kompresi di ruang bakar, khususnya pada mobil lama yang menggunakan karburator konvensionil. Oleh karena itu, penggunaan campuran Bioetanol dalam premium dibatasi antara 5 - 25% agar kinerja mesin tidak terlalu berbeda, sedangkan pemakaian campuran yang lebih besar harus menggunakan mesin yang sudah dimodifikasi atau mesin yang khusus untuk pemakaian etanol.
Penggunaan Bio-ethanol sebagai pengganti atau substitusi Premium telah dilaksanakan di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Belanda, New Zaeland, Brazilia serta banyak negara lain, tetapi hanya Brazilia dan Amerika Serikat yang telah menerapkan teknologi mesin kendaraan untuk etanol 85% (ESS) secara komersial. Di Amerika Serikat.sejumlah 3 juta kendaraan dengan sistem dual fuel atau FFV (Flexible Fuel Vehicles) telah menggunakan E85 yang dipasarkan melalui sekitar 240 SPBU.

V. CARA KERJA
Produksi etanol/bioetanol (alcohol) dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat dan tetes menjadi bioetanol.Selain tanaman yang mengandung karbohidrat,bioetanol juga dapat dibuat dari tanaman yang mengandung selulosa .Secara singkat teknologi proses produksi etanol/bioetanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap,yaitu gelatinasi, fermentasi, dan distilasi.
A. Proses Gelatinasi
Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau jagung dihancurkan dan dicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan mengandung pati 27-30 persen. Kemudian bubur pati tersebut dimasak atau dipanaskan selama 2 jam sehingga berbentuk gel. Proses gelatinasi tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
• Bubur pati dipanaskan sampai 1300C selama 30 menit, kemudian didinginkan sampai mencapai temperature 950C yang diperkirakan memerlukan waktu sekitar 1/4 jam. Temperatur 950C tersebut dipertahankan selama sekitar 1 1/4 jam, sehingga total waktu yang dibutuhkan mencapai 2 jam.
• Bubur pati ditambah enzyme termamyl dipanaskan langsung sampai mencapai temperatur 1300C selama 2 jam.
Gelatinasi cara pertama, yaitu cara pemanasan bertahap mempunyai keuntungan, yaitu pada suhu 950C aktifitas termamyl merupakan yang paling tinggi, sehingga mengakibatkan yeast atau ragi cepat aktif. Pemanasan dengan suhu tinggi (1300C) pada cara pertama ini dimaksudkan untuk memecah granula pati, sehingga lebih mudah terjadi kontak dengan air enzyme. Perlakuan pada suhu tinggi tersebut juga dapat berfungsi untuk sterilisasi bahan, sehingga bahan tersebut tidak mudah terkontaminasi.
Gelatinasi cara kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi dengan enzyme termamyl) pada temperature 1300C menghasilkan hasil yang kurang baik, karena mengurangi aktifitas yeast. Hal tersebut disebabkan gelatinasi dengan enzyme pada suhu 1300C akan terbentuk tri-phenyl-furane yang mempunyai sifat racun terhadap yeast. Gelatinasi pada suhu tinggi tersebut juga akan berpengaruh terhadap penurunan aktifitas termamyl, karena aktifitas termamyl akan semakin menurun setelah melewati suhu 95oC. Seiain itu, tingginya temperature tersebut juga akan mengakibatkan half life dari termamyl semakin pendek, sebagai contoh pada temperature 930C, half life dari termamyl adalah 1500 menit, sedangkan pada temperature 1070C, half life termamyl tersebut adalah 40 menit (Wasito, 1981).
Hasil gelatinasi dari ke dua cara tersebut didinginkan sampai mencapai 550 C, kemudian ditambah SAN untuk proses sakharifikasi dan selanjutnya difermentasikan dengan menggunakan yeast (ragi) Saccharomyzes ceraviseze.
B. Fermentasi
Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi ethanol/bio-ethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen volume. Sementara itu, bila fermentasi tersebut digunakan bahan baku gula (molases), proses pembuatan ethanol dapat lebih cepat. Pembuatan ethanol dari molases tersebut juga mempunyai keuntungan lain, yaitu memerlukan bak fermentasi yang lebih kecil. Etanol yang dihasilkan proses fermentasi tersebut periu ditingkatkan kualitasnya dengan membersihkannya dari zat-zat yang tidak diperiukan.
Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih mengandung gasgas antara lain C02 (yang ditimbulkan dari pengubanan glucose menjadi ethanol/bio-ethanol) dan aldehyde yang periu dibersihkan. Gas C02 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai 35 persen volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-ethanol yang berkualitas baik, etanol/bioetanol tersebut harus dibersihkan dari gas tersebut. Proses pembersihan (washing) CO2 dilakukan dengan menyaring etanol/bioetanol yang terikat oleh CO2, sehingga dapat diperoleh etanol/bioetanol yang bersih dari gas C02). Kadar etanol/bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 10 persen saja, sehingga untuk memperoleh etanol yang berkadar alkohol 95 persen diperiukan proses lainnya, yaitu proses distilasi. Proses distilasi dilaksanakan melalui dua tingkat, yaitu tingkat pertama dengan beer column dan tingkat kedua dengan rectifying column
C. Distilasi
Sebagai mana telah diuraikan, untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat digunakan sebagai bahan bakar. Proses distilasi dilakukan dengan memperhitungkan perbedaan titik didih air dan alkohol.


VI. HASIL
Alkohol/bioetsnol dapat diproduksi dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konvensi karbohidrat menjadi glukosa. Proses pembuatan glukosa dibedakan berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu Hydrolisa asam dan Hydrolisa enzim. Selanjutnya dilakukan proses peragian atau fermentasi glukosa menjadi etanol dengan menambahkan ragi.
VII. KESIMPULAN
Dari uraian di atas kami memperoleh kesimpulan :
Karena etanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada bensin maka perbandingann kompresi yangh bias dipakai juga lebih tinggi dan efisiensi thermal teoritisnya akan lebih tinggi.
Etanol dapat terbakar lebih sempurna sehingga gas buang lebih ramah lingkungan

pompa sentrifugal

BAB II
DASAR TEORI



2.1 Definisi Pompa
Pengertian Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan atau fluida dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek.

2.2 Klasifikasi Pompa
2.2.1 Klasifikasi Pompa Menurut Prinsip Kerja
1. Pompa Perpindahan Positif.
Pompa perpindahan positif dikenal dengan caranya beroperasi. Cairan diambil dari salah satu ujung dan pada ujung lainnya dialirkan secara positif untuk setiap putarannya. Pompa perpindahan positif digunakan secara luas untuk pemompaan fluida selain air, biasanya fluida kental.
Pompa perpindahan positif selanjutnya digolongkan berdasarkan cara perpindahannya:

a. Pompa Reciprocating
Pompa Reciproating adalah pompa dimana energi mekanik dari penggerak pompa diubah menjadi energi aliran dari cairan yang dipompa dengan menggunakan elemen yang bergerak bolak-balik di dalam silinder.

b. Pompa Rotary
Pompa rotary adalah pompa perpindahan positif dimana energi mekanis ditransmisikan dari mesin penggerak ke cairan dengan menggunakan elemen yang berputar (rotor) di dalam rumah pompa (casing). Pada waktu rotor berputar di dalam rumah pompa, akan terbentuk kantong-kantong yang mula-mula volumenya besar (pada sisi isap) kemudian volumenya berkurang (pada sisi tekan) sehingga fluida akan tertekan keluar.






Gambar 2.1.Pompa Rotary

2. Pompa Dinamis
Pompa dinamik juga dikarakteristikkan oleh cara pompa tersebut beroperasi. Impeller yang berputar mengubah energi kinetik menjadi tekanan atau kecepatan yang diperlukan untuk memompa fluida.
Terdapat dua jenis pompa dinamik:
a. Pompa Sentrifugal
Pada pompa sentrifugal, energi penggerak dari luar diberikan kepada poros yang kemudian digunakan untuk menggerakkan baling-baling yang disebut impeller. Impeller memutar cairan yang masuk ke dalam pompa sehingga mengakibatkan energi tekanan dan energi kinetik cairan bertambah. Cairan akan terlempar ke luar akibat gaya sentrifugal yang ditimbulkan gerakan impeler. Cairan yang keluar dari impeller ditampung oleh saluran berbentuk volut (spiral) di keliling impeller dan disalurkan ke luar pompa melalui difuser. Di dalam difuser ini sebagian energi kecepatan akan diubah menjadi energi tekanan. Untuk lebih jelas akan dibahas lebih khusus pada Pompa Sentrifugal.

b. Pompa Dengan Efek Khusus
Pompa dengan efek khusus merupakan pompa yang bekerja secara khusus. Khususnya pada Industri besar, termasuk pompa setrifugal Tipe khusus, terutama digunakan untuk kondisi khusus di lokasi industri.

2.2.2 Klasifikasi Pompa Menurut Kapasitas
1. Pompa dengan kapasitas rendah
Yaitu pompa dengan kapasitas sekitar 20 m³/Hour.
2. Pompa dengan kapasitas menengah
Yaitu pompa denagn kapasitas antara 20 m³/Hour -60 m³/Hour.
3. Pompa dengan kapasitas tinggi
Yaitu pompa dengan kapasitas diatas 60 m³/Hour.

2.2.3 Klasifikasi Pompa Menurut Head
1. Pompa dengan Head Rendah
Yaitu pompa dengan Head total 1-40 meter
2. Pompa dengan Head Sedang
Yaitu pompa dengan Head total 41- 100 meter
3. Pompa dengan Head Tinggi
Yaitu pompa dengan Head total diatas 100 meter
3.2.3 Klasifikasi Pompa Menurut Aplikasi
Pompa berdasarkan aplikasi yang ada kita bisa sebutkan antara lain :
1. Pompa rumah umum
2. Pompa untuk perusahaan atau industri

2.3 Pompa Sentrifugal
2.3.1 Deskripsi, Struktur, dan Komponen
Pompa sentrifugal adalah salah satu tipe pompa yang memanfaatkan energi kecepatan yang kemudian diubah menjadi energi tekanan sehingga dapat menggerakkan fluida cair dari lokasi sumber menuju lokasi target dengan menggunakan impeller.


Gambar 2.2. Pompa Sentrifugal

Komponen utama dari pompa sentrifugal adalah sebagai berikut :
1. Impeller
Impeller merupakan cakram bulat dari logam dengan lintasan untuk aliran fluida yang sudah terpasang. Impeler biasanya terbuat dari perunggu, polikarbonat, besi tuang atau stainless steel, namun bahan-bahan lain juga digunakan. Sebagaimana kinerja pompa tergantung pada jenis impelernya, maka penting untuk memilih rancangan yang cocok dan mendapatkan impeler dalam kondisi yang baik. Jumlah impeller menentukan jumlah tahapan pompa. Pompa satu tahap memiliki satu impeler dan sangat cocok untuk layanan head (=tekanan) rendah. Pompa dua tahap memiliki dua impeller yang terpasang secara seri untuk layanan head sedang. Pompa multi-tahap memiliki tiga impeler atau lebih terpasang seri untuk layanan head yang tinggi.
Impeller dapat digolongkan atas dasar:
• Arah utama aliran dari sumbu putaran: aliran radial, aliran aksial, aliran campuran
• Jenis hisapan: hisapan tunggal dan hisapan ganda
Bentuk atau konstruksi mekanis:
• Impeller yang tertutup memiliki baling-baling yang ditutupi oleh mantel (= penutup) pada kedua sisinya. Biasanya digunakan untuk pompa air, dimana baling-baling seluruhnya mengurung air. Hal ini mencegah perpindahan air dari sisi pengiriman ke sisi penghisapan, yang akan mengurangi efisiensi pompa. Dalam rangka untuk memisahkan ruang pembuangan dari ruang penghisapan, diperlukan sebuah sambungan yang bergerak diantara impeller dan wadah pompa. Penyambungan ini dilakukan oleh cincin yang dipasang diatas bagian penutup impeller atau dibagian dalam permukaan silinder wadah pompa. Kerugian dari impeller tertutup ini adalah resiko yang tinggi terhadap rintangan.
• Impeller terbuka dan semi terbuka lihat gambar kemungkinan tersumbatnya kecil. Akan tetapi utnuk menghindari terjadinya penyumbatan melalui resirkulasi internal, volute atau back-plate pompa harus diatur secara manual untuk mendapatkan setelan impeller yang benar.
• Impeller pompa berpusar/vortex cocok untuk bahan-bahan padat dan “berserabut” akan tetapi pompa ini 50% kuran efisien dari rancangan yang konvensional.


Gambar.2.3 Impeller Jenis Tertutup dan Terbuka (Sahdev)

2. Poros
Poros memindahkan torque dari motor ke impeller selama startup dan operasi pompa.
3. Casing
Fungsi utama casing adalah menutup impeller pada penghisapan dan pengiriman pada ujung dan sehingga berbentuk tangki tekanan. Tekanan pada ujung penghisapan dapat sekecil sepersepuluh tekanan atmosfir dan pada ujung pengiriman dapat dua puluh kali tekanan atmosfir pada pompa satu tahap. Untuk pompa multi-tahap perbedaan tekanannya jauh lebih tinggi. Casing dirancang untuk tahan paling sedikit dua kali tekanan ini untuk menjamin batas keamanan yang cukup. Fungsi casing yang kedua adalah memberikan media pendukung dan bantalan poros untuk batang torak dan impeller. Oleh karena itu casing pompa harus dirancang untuk:
• Memberikan kemudahan mengakses ke seluruh bagian pompa untuk pemeriksaan, perawatan dan perbaikan
• Membuat casing anti bocor dengan memberikan kotak penjejal
• Menghubungkan pipa-pipa hisapan dan pengiriman ke flens secara langsung
• Mudah dipasang dengan mudah ke mesin penggerak (motor listrik) tanpa kehilangan daya.

Terdapat dua jenis casing :
a. Casing volute
Memiliki impeller yang dipasang dibagian dalam casing. Salah satu tujuan utamanya adalah membantu kesetimbangan tekanan hidrolik pada batang torak pompa. Walau begitu, mengoperasikan pompa dengan casing volute pada kapasitas yang lebih rendah dari yang direkomendasikan pabrik pembuatnya dapat mengakibatkan tekanan lateral pada batang torak pompa. Hal ini dapat meningkatkan pemakaian sil, bantalan poros, dan batang torak itu sendiri. Casing volute ganda digunakan bilamana gaya radial menjadi cukup berarti pada kapasitas yang berkurang.
b. Casing bulat
Memiliki baling-baling penyebaran stasioner disekeliling impeller yang mengubah kecepatan menjadi energi tekanan. Casing tersebut banyak digunakan untuk pompa multi-tahap. Casing dapat dirancang sebagai:
• Casing padat
Seluruh casing dan nossel dimuat dalam satu cetakan atau potongan yang sudah dibuat pabrik pembuatnya.
• Casing terbelah
Dua bagian atau lebih disambungkan bersama. Bilamana bagian casing dibagi oleh bidang horisontal, casingnya disebut terbelah secara horisontal atau casing yang terbelah secara aksial.


Gambar 2.4. Potongan Pompa Centrifugal


Gambar 2.5. Casing pompa centrifugal
2.3.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
1. Klasifikasi menurut Jenis Impeller
a. Pompa Sentrifugal
Pompa ini mempunyai konstruksi sedemikian rupa hingga aliran zat cair yang keluar dari impeller akan melalui sebuah bidang tegak lurus poros pompa.
Namun konstruksi yang sebenarnya dari pompa-pompa yang banyak dipakai adalah seperti diperlihatkan dalam gambar.2.6. Impeller dipasang pada saatu ujung poros, dan pada ujung yang lain dipasang kopling untuk meneruskan daya dari penggerak. Poros ditumpu oleh dua buah bantalan. Sebuah perapat dipasang pada bagian rumah yang ditembus poros, untuk untuk diperlihatkan perapat sebagai perapat poros. Namun selain perapat juga digunaka perapat mekanis.


Gambar 2.6. Pompa Sentrifugal


b. Pompa Aliran Campur
Secara diagramatik aliran yang meninggalkan impeller akan bergerak sepanjang permukaan kerucut di dalam pompa aliran campur ini.
Salah satu ujung poros dimana impeller dipasang, ditumpu oleh bantalan dalam pada ujung yang lain dipasang kopling dengan sebuah bantalan luar di dekatnya. Bantalan luar terdiri dari sebuah bantalan aksial dan radial yang berupa bantalan belimbing.

c. Pompa Aliran Aksial
Dalam pompa aliran aksial zat cair atau fluida yang meninggalkan impeller akan bergerak sepanjang permukaan silinder ke luar . Adapun konstruksi pompa aliran aksial yang sesungguhnya dibawah ini,

Gambar 2.7 Pompa aliran aksial

2. Klasifikasi menurut Sisi Masuk Impeller
a. Pompa Isapan Tunggal
Konstruksi pompa ini sangat sederhana sehingga banyak dipakai dan dibuat dipasaran. Pada pompa ini zat cair yang masuk melalui satu sisi impeller saja. Gaya akan ditahan oleh bantalan aksial jika ukuran pompa cukup kecil.untuk lebih jelas lihat gambar 2.8

Impeler jenis tak berimbang
Gambar 2.8. Tekanan air yang bekerja pad sisi impeller

b. Pompa Isapan Ganda
Pompa ini memasukkan zat cair melalui dua sisi impeller. Pada pompa ini poros yang menggerakkan impeller dipasang menembus kedua sisi rumah dan impeller serta ditumpu oleh bantalan diluar rumah pompa, oleh karena itu poros lebih panjang jika dibandingkan dengan pompa jenis yang lainnya. Impeller yang digunakan pada dasarnya sama dengan dua buah impeller pompa isapan tunggal yang dipasang secara bertolak belakang, sehingga dengan demikian gaya aksial yang timbul akan saling mengimbangi menjadi nol. Pompa isapan ganda dapat dipandang sebagai pompa yang mempunyai dua buah impeller yang bekerja secara sejajar.
Dibawah ini dapat kita lihat pompa isap ganda.







Gambar 2.9 Pompa isap ganda
3. Klasifikasi menurut Jenis Casing
a. Pompa Volut
Aliran yang keluar dari impeller pompa volut ditampung didalam volut (rumah spiral), yang selanjutnya akan menyalurkan kenosel keluar. Harga ns dari pompa volut bervariasi pada daerah yang cukup luas, yaitu antara 100 sampai700.

b. Pompa Difuser
Adapun pompa diffuser mempunyai difuser yang dipasang mengelilingi impeller. Difuser berguna untuk menurunkan kecepatan aliran yang keluar dari impeller, sehingga senergi kinetic aliran dapat diubah menjadi energi tekanan secara efisien. Pompa difuser dipakai untuk memperoleh head total yang tinggi. Harga n pompa ini berkisar antara 100 sampai 300.


Gambar 2.10. Pompa diffuser

4. Klasifikasi menurut Jumlah Tingkat
a. Pompa Satu Tingkat
Adalah pompa yang hanya memiliki satu impeller, sehingga tekanan discharge dan head pompa hanya tergantung oleh impeller. Head total rendah karena berasal dari satu impeller.
b. Pompa Bertingkat Banyak
Adalah pompa yang memiliki beberapa impeller yang dipasang secara berderet dalam satu poros dan casing. Agar gaya aksial yang timbul dari putaran impeller dapat berlangsung seimbang maka diperlukan system penyeimbang. Pompa bertingkat ini mengahilkan head yang tinggi dan memiliki tekanan yang tinggi yang dihasilkan oleh tiap tingkat.


Gambar 2.11. Pompa Bertingkat Banyak

5. Klasifikasi menurut Posisi Poros
a. Pompa Jenis Poros Mendatar
Pompa ini mempunyai poros dengan posisi mendatar seperti yang terlihat dalam gambar 2.11. Letak poros dengan pompa selalu mendatar.

b. Pompa Jenis Poros Tegak
Pompa ini mempunyai poros dengan posisi tegak seperti yang diperlihatkan dalam gambar.2.12. pompa aliran campur dan aliran aksial sering dibuat dengan poros tegak. Rumah pompa semacam ini digantung pada lantai oleh pipa kolom yang menyalurkan zat cair dari pompa ke atas. Poros pompa yang menggerkkan impeller dipasang sepanjang sumbu pipa kolom dan dihubungkan dengan motor penggerak pada lantai.. Poros ini dipegang dibeberapa tempat sepanjang pipa kolom oleh bantalan. Poros ini dpat diselubungi oleh pipa yang berfungsi juga seperti penyalur air pelumas.



Gambar 2.12 .Pompa Poros Tegak

6. Menurut Sistem Penggerak
Menurut sistem penggeraknya pompa dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Penggerak Motor Listrik
Motor Listrik merupakan alat yang efisien untuk menggerakkan pompa dan merupakan cara praktis untuk memperbaiki faktor daya. Penggerak dengan motor listrik dibedakan lagi sebagai berikut :
• Motor Arus Bolak balik
• Motor Arus Searah
b. Penggerak Turbin Uap
Unit jenis ini umumnya dikenal dengan turbin penggerak-mekanis dan dapat menggerakkan pompa secara langsung atau dihubungkan melalui perangkat roda gigi pemercepat atu pengurang kecepatan tergantung kebutuhan putaran yang dibutuhkan.

c. Penggerak Mesin Uap
Mesin uap sekarang ini sudah jarang dipakai. Akan tetapi mesin uap ini masih banyak dipakai untuk penggunaan kapal tunda dan kapal keruk. Mesin sederhana atau gabungan dipakai untuk penggerak pompa.

d. Penggerak Motor Bakar Internal
Motor bakar kira-kira hanya menggerakkan sebesar 13 % dari seluruh pompa sentrifugal. Walaupun motor bakar jarang menjadi pilihan terbaik dari segi ekonomi, motor bakar ini sangat penting untuk beberapa instalasi yang berbeda.

e. Penggerak Turbin Gas
Terakhir ini turbin gas menjadi populer untuk untuk menggerakkan pompa. Dikemas dengan roda pengurang kecepatan yang terpadu, kecepatan keluaran antara 30.000 sampai 900 rpm dapt diberikan.





2.3.3 Prinsip Kerja Pompa sentrifugal
Prinsip dasar pompa sentrifugal adalah sebagai berikut:
• Gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi luar sehingga kecepatan fluida meningkat
• Kecepatan fluida yang tinggi diubah oleh casing pompa (volute atau diffuser) menjadi tekanan atau head
Selain itu, pada gambar memperlihatkan bagaimana pompa jenis ini beroperasi:
• Cairan dipaksa menuju sebuah impeler oleh tekanan atmosfir, atau dalam hal jet pump oleh tekanan buatan.
• Baling-baling impeler meneruskan energi kinetik ke cairan, sehingga menyebabkan cairan berputar. Cairan meninggalkan impeler pada kecepatan tinggi.
• Impeler dikelilingi oleh volute casing atau dalam hal pompa turbin digunakan cincin diffuser stasioner. Volute atau cincin diffuser stasioner mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan.

Gambar2.13 Lintasan Aliran Cairan Pompa Sentrifugal (Sahdev M)



2.3.4 Perubahan Energi dalam Pompa
a. Diagram Kecepatan

Gambar 2.14 Diagram kecepatan spesifik ns dari impeler

Diagram di atas digunakan untuk menentukan kecepatan spesifik pompa. Dalam pengunaan diagram diatas besarnya Q dan H harus diketahui terlebih dahulu. Besarnya kecepatan spesifik pompa terkecil adalah 10.

b. Energi Fluida Teoritis

Gambar 2.15 Penampang melalui sudu-sudu dari impeller
Pada titik 1 bisa diperoleh segitiga kecepatan masuk, yaitu dengan jalan pada titik 1 di gambar yang arahnya tegak lurus u1 dan u1 didapat dari dimana n adalah kecepatan putar impeller dalam rpm. w1 terjadi dari sudut awal sudu β1 dan β1 sudah diketahui besarnya sudah menjadi syarat pembuatan sudu.
Dari sini fliuda mengalir mengalir ke bagian punggung dari sudu jalan yang melengkung, supaya mendapatkan penghantaran dan pengaliran yang baik, maka jumlahnya sudu jalan harus tertentu, karena adanya gaya sentrifugal fluida yang ada pada saluran sudu jalan tersebut menjadi bergerak majudan didorong keluar dari saluran sudu jalan. Jadi dari akibat dari berputarnya impeller dengan kecepatan u dan bentuknya sudu jalan yang sedemikian rupa didapat kecepatan relatif aliran fluida di bagian masuk saluran sudu jalan w1 dan kecepatan relatif di bagian keluar w1. Besarnya kecepatan w didapat dari persamaankontinuitas. Diameter impeller di bagian keluar D2 lebih besar dari pada di bagian masuk D1 dan lebar sudu b1, sehingga pada umumnya w2 lebih kecil pada w1.
Di titik 2 fluida mempunyai kecepatan keluar mutlak c2, yang di dapat melalui penggambaran segitiga kecepatan keluar dari w2, u2 dan sudut keluar sudu β2 yang besarnya bisa dipilih dengan bebas.
Sesudah keluar dari impeller fluida melalui ruang tanpa sudu 3 dan sampai di dalam sudu pengarah dengan kecepatan c4, tetapi bila konstruksi pompa harus dibuat sederhana di man fluida yang keluar dari impeller langsung masuk ke dalam rumah pompa, maka c2 harus diarahkan sedemikian rupa sehingga perpindahan fluida dari impeller ke rumah pompa sedapat mungkin bisa bebas tanpa tumbukan.
Gambar yang bagian tengah memperlihatkan lintasan yang ditempuh fluida mulai dari masuk ke dalam impeller dengan kecepatan c1 sampai berada di sudu pengarah dengan kecepatan c4. Untuk mengamati pergerakan bagian-bagian kecil fluida ini dilakukan dengan cara impeller pompa dibuat dari kaca sehingga dengan demikian pergerakan fluida tersebut bisa dilhat dari luar.
Perpindahan energi di dalam sudu jalan adalah dari momen puntir yang bekerja pada poros diteruskan sedemikian rupa oleh sudu jalan sehingga menimbulkan kecepatan absolut fluida c2 dan c1 dengan komponen tangensialnya c2udan c1u (sudu-sudu impeller bekerja sebagai tuas untuk meneruskan momen puntir poros dan menimbulkan arus kecepatan fluida).
Menurut kaidah impuls pada umumnya momen puntir di antara sisi keluar dan masuk. dimana Y adalah kerja mekanis dari poros dengan satuan SI Nm/Kg.

c. Debit Aliran dalam Impeller
Kapasitas aliran air terganrung pada luas peampang. Dari persamaan kontunuitas



Dimana Q = kapasitas aliran (m3/s)
D1= Diameter Impeller (m)
b1 = Lebar Impeller (m)
c1 = kecepatan masuk aliran (m/s)


d. Head Fluida Teoritis
Antara tinggi kenaikan H (m) dan kerja spesifik Y ada hubungan sebagi berikut :

Dimana g adalah percepatan gravitasi (m/s2).
Tentu saja tinggi tekan p akan berubah dengan adanya perubahan kerapatan fluida dan tinggi kenaikan H, dimana tekanan statis :

Dimana P = tinggi tekan fluida (m)
ρ = kerapatan fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2).
H = tinggi kenaikan (m)
Bila kecepatan masuk di arahkan menjadi tegak lurus u, maka = 0 dan persamaannya menjadi :

Tinggi kenaikan pompa semacam ini hanya bisa dicapai, bila aliran fluida benar-benar melalui jalan yang tepat sesuai dengan sudut sudu jalan yang telah ditentukan, terutama bila keluarnya telah diarahkan membentuk sudut ß2. Hal ini hanya mungkin bila fluida dipaksa melalui sudu-sudu yang banyaknya tak terhingga dan sangat tipis serta alur dan jarak sudu satu dengan sudu lain sempit.
Tetapi yang mungkin terjadi adalah dengan jumlah sudu tertentu. Bila jumlah sudu dibuat sedemikianrupa banyaknya maka akan didapat panghantaran aliran yang maksimum dan gesekan aliraan yang minimum, karena diruang di ruang di antara dua sudu terdapat suatu sirkulasi fluida yang memisahkan diri dari aliran dan akibat adanya sirkulasi tersebut arah aliran menjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan. Jadi, aliran fluida keluar tidak membentuk sudut ß2 melainkan lebih kecil. Yaitu dengan sudut ß3.
Dalam hal ini kapasitas fluida tidak ada perubahan, basarnya komponen meridian c2m dari c2 adalah tetap meskipun terjadi pengecilan dari c2 menjadi c3 komponen meridian tetap tidak terganggu.
Besarnya tinggi kenaikan (H) ini tergantung jua dari basarnya harga ” k ” atau faktor penyusutan kerja.besarnya harga k tergantung dari jumlah sudu, bentuk sudu, sudut sudu, lebar roda, kecepatan putar dan perbandingan D2/D1 dari impeller. Harga k berkisar antara 0,65 sampai 0,90. Pada dasarnya harga k semaikin tinggi bila harga D2/D1 semakin besar dan jumlah sudu semakin banyak. Harga tinggi kenaikan (H) tersebut adalah :


Gambar 2.16 Nomogram untuk menentukan harga k
e. Daya Pompa Teoritis
Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa per satuan waktu dapat ditulis sebagai berikut :


dimana, = Berat air per satuan volume (kgf/l)
= Daya air (kW)
H = Head total pompa (m)
Q = Kapasitas ( /min)
atau
=
dimana dinyatakan dalam kN/ dan Q dalam /s.

f. Daya Poros Pompa
Sedangkan daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya didalam pompa. Daya ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

dimana, P = Daya poros sebuah pompa (kW)
= Efisiensi pompa (pecahan)

g. Efisiensi Pompa
Efisiensi total adalah persentase dari daya input total dengan efisiensi output total.

Dimana,
E0 = efisiensi total
Whp = daya output (kw)
ehp = daya input total (kw)
Efisiensi mekanik adalah perbandingan daya output pompa dengan daya input pompa.


Dimana,
Ep = efisiensi mekanik
whp = daya output (kw)
php = daya input (kw)
Efisiensi volumetrik adalah persentase dari kapasitas


Dimana,
Ev = efisiensi Volumetrik
D = displacement (m3)
Q = kapasitas (m3/s)
N = putaran pompa (rpm)
Harga-harga standar efisiensi pompa diberikan dalam gambar 2.17. Efisiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh dari pabrik pembuatnya.

Gambar 2.17 Efisiensi standar pompa

2.3.5 Performance Pompa
Kurva performansi bermanfaat untuk menggambarkan beberapa parameter unjuk kerja dari pompa yang antara lain:
1. Besarnya head terhadap flow rate
2. Besarnya efisiensi terhadap flow rate
3. Besarnya daya yang dibutuhkan terhadap flow rate
4. Besarnya NPSHr terhadap flow rate
5. Besarnya minimum stable continuous flow




Gambar 2.18 Kurva pervorma pompa
a. Kurva Head, Kapasitas, Daya dan Efisiensi

Gambar 2.19 Kurva karakteristik pompa aliran sentrifugal

Gambar diatas menunjukkan contoh kurva performansi untuk pompa. Semua besaran kurva dinyatakan dalam persen dibandingkan dengan kondisi maksimumnya. Kurva daya terhadap kapasitas mempunyai harga minimum bila kapasitas aliran sama dengan nol. Kurva efisiensi terhadap kapsitas umumnya berbentuk mendekati busur lingkaran. Harga efisiensi hanya sedikit menurun bila kapasitas berubah menjauhi harga optimumnya.

b. Pengaruh Volut dan Kekentalan Fluida
Volut atau rumah keong berguna agar kecepatan arus fluida dapat diturunkan lebih lenjut dan selanjutnya dapat di salurkan melalui saluran tekan dengan baik. Penampang melintang rumah keong searah dengan arah putaran roda jalan dibuat mekin membesar, sebab arus volume fluida yang melampaui dari sudu jalan atau sudu pengarah akan bertambah banyak sampai mencapai Q yang terakhir. Dengan demikian akan dicapai suatu arus yang teratur didalam setiap lingkaran spiral yang sejajar harus menerima keadaan arus yang sama.
Bentuk penampang melintang yang terakhir dibuat dengan suatu pembesaran yang berbentuk kerucut yang selanjutnya dihubungkan dengan saluran tekan. Biasanya dapat mencapai sudut 370 .
Kekentalan fluida juga berpengaruh terhadap adanya kerugian gesek dalam pompa. Semakin tinggi harga ρ semakin besar pula tinggi tekan yang berpengaruh juga pada daya pompa.

2.3.6 Prinsip Perencenaan Pompa
a. Dimensi Mata Impaller
Dalam perencanaan pompa perlu diperhatikan dimensi mata impeller yang digunakan. Tetapi sebelum itu perlu diperhatikan pula :
• Besarnya Debit yang masuk dan keluar. Besarnya debit harus dibuat 3% - 5% lebih besar daripada Debit sebenarnya. Karena kerugian arus balik harus diperhitungkan, kerugian ini disebabkan karena fluida dari sisi tekan mengalir kembali masuk ke bagian sisi isap melalui celah impeller yang berada di atas sisis masuk dan kejadian ini berlangsung secara terus menerus.
• Kecepatan aliran masuk. Kecepatan masuk fluida besarnya harus tidak boleh melebihi harga yang sudah ditentukan. Karena bila batas tersebut dilampaui aka timbul bahaya terbentuknya gelembung-gelembung uap dan kavitasi
• Head total yang ingin dipindahkan pompa.
• Kecepatan spesifik pompa dan kecepatan putar pompa.
• Perbandingan diameter masuk dan dimeter keluar pompa.
b. Geometri Impeller
Geometri impeller adalah ukuran-ukuran impeller yang akan dipakai pada pompa nantinya. Setelah mengetahui dimensi dari mata impeller maka dapat ditentukan geometri impeller dengan jalan sebagai berikut :
• Menentukan besarnya diameter masuk dan diameter keluar. Sehingga terbentuk perbandingan D2/D1.
• Menentukan bentuk sudu, jumlah sudu, sudut sudu dan lebar roda. Sehingga dapat diketahui besarnya harga k
• Perlu diperhatikan untuk pemilihan sudut sudu β2 yang paling efektif adalah sebesar 150 sampai 300.
• Setelah diketahui diameter masuk impeller, debit aliran dan kecepatan aliran masuk maka dapat diketahui besarnya lebar roda pada bagian masuk dengan rumus :

• Setelah itu dapat dicari besarnya Head pompa.

2.4 Instalasi sistem Pipa
2.4.1 Deskripsi
Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem pipa bercabang yang sangat kompleks. Contoh sistem perpipaan adalah, sistem distribusi air minum pada gedung atau kota. sistem pengangkutan minyak dari sumur bor ke tandon atau tangki penyimpan, sistem distribusi udara pendingin pada suatu gedung, sistem distribusi uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya.
Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi tujuan antara lain, saringan (strainer), katup atau kran, sambungan, nosel dan sebagainya. Untuk sistem perpipaan yang fluidanya liquid, umumnya dari lokasi awal fluida, dipasang saringan untuk menyaring kotoran agar tidak menyumbat aliran fuida. Saringan dilengkapi dengan katup searah ( foot valve) yang fungsinya mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan sambungan dapat berupa sambungan penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan (elbow) atau sambungan bentuk T (Tee).

2.4.2 Kontinyuitas aliran

Dimana Q : Kapasitas aliran (m /s)
A : Luas penampang pipa ( )
V : Kecepatan aliran (m /s)

2.4.3 Losses pada Instalasi
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.20, head total pompa dapat ditulis sebagai berikut :
H =
Dimana
H : Head total pompa (m)
Ha : Head statis total (m)
∆hp : Perbedaan head tekanan yang
bekerja pada kedua permukaan (m),


h : Berbagai kerugian head di pipa (m)
v /2g : Head kecepatan keluar (m)
g : Percepatan gravitasi (=9,8 m/s )


Dalam hal pompa menerima energi dari aliran yang masuk kesisi isapnya, seperti pada pompa penguat (pompa booster), maka head total pompa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

H =




















Gambar 2.20 Head Pompa
Kerugian-kerugian pada instalasi pipa sering terjadi pada pipa – pipa sambung (fitting) dan katup (valve) yang bersifat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan tambahan.

1. Kerugian gesek dalam pipa
Untuk menghitung kerugian gesek di dalam pipa dapat dipakai rumus berikut ini :

Dimana, hf = Head kerugian gesek pada pipa (m)
= Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/ )
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)

Selanjutnya, untuk aliran laminer dan turbulen terdapat rumus yang bebeda. Sebagai patokan apakah aliran tersebut laminer atau turbulen dapat dipakai
Re
Dimana, Re = Bilangan Reynolds
υ = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/s)
v = viskositas kinematik zat cair ( / s)
D = Diameter dalm pipa (m)
Jika Re < 2300 maka aliran bersifat laminer
Jika Re > 4000 maka aliran bersifat turbulen
Jika Re = 2300 – 4000 terdapat daerah transisi. Dapat bersifat laminer ataupun turbulen tergantu g kondisi pipa dan aliran.
a. Aliran laminer
Dalam hal ini koefisien gesek untuk pipa (λ) dapat dinyatakan :

Dimana λ = koefisien krugian gesek

b. Aliran turbulen
Untuk menghitung kerugian gesek dala pipa pada aliran turbulen dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
• Formula Darcy

Dimana D adalah diameter dalam pipa (m). Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika telah terpakai selama bertahun-tahun maka λ menjadi 1,5 sampai 2 kali harga barunya.
• Rumus Hazen Williams

Dimana, hf = Head kerugian (m)
Q = Laju aliran ( /s)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien
D = Diameter dalam pipa (m)





Tabel 2.1 Kondisi pipa dan harga C


2. Kerugian head dalam jalur pipa
a. Ujung masuk pipa
Kerugian secara umum dapat dinyatakan dengan rumus :

Dimana, hf = kerugian gesek (m)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (m/ )
v = Kecepatan rata-rata dalam pipa (m/s)
Jika ” v ” adalah kecepatan aliran setelah masuk pipa, maka harga kerugian ” f ” adalah sebagai berikut :
i. f = 0,5
ii. f = 0,25
iii. f = 0,06 (untuk r kecil)
0,005 (untuk r besar)
iv. f = 0,56
v. f = 3,0 ( untuk sudut tajam)
1,3 (untuk sudut 45)
vi. f = f1 + 0,3 cos θ + 0,2 cos2 θ


Gambar 2.21 Berbagai bentuk ujung masuk pipa

b. Belokan pipa
Ada dua macam belokan pipa, yaitu belokan lengkung dan belokan patah. Untuk belokan lengkung sering dipakai rumus Fuller di mana f dari persamaan 2.18 dinyatakan sebagai berikut :

Dimana f = Koefisien kerugian
D = Diameter dalam pipa (m)
R = Jari-jari lengkung belokan (m)
θ = Sudut belokan(derajat)

Tabel 2.2 Koefisien kerugian belokan pipa


c. Pembesaran penampang secara gradual
Dalam hal ini dinyatakan :

Dimana = Kecepatan rata-rata di penampang yang kecil
(m/s)
= Kecepatan rata-rata di penampang yang besar
(m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (m/ )


Gambar 2.22 Koefisien kerugian pada pembesaran gradual
dan mendadak

d. Pembesaran penampang secara mendadak
Untuk kasus ini kerugian head dapat dinyatakan :

Dimana f 1
e. Pengecilan penampang secara mendadak
Kerugian ini dapat dinyatakan dengan :

Dimana harga f diberikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Koefisien kerugian pipa dengan pengecilan secara mendadak

f. Orifis dalam pipa
Kerugian head orifis diberika menurut rumus :

Dimana v adalah kecepatan rata-rata di penampang pipa.

Tabel 2.4 Koefisien kerugian orofis pipa


g. Ujung keluar pipa
Kerugian ujung keluar pipa adalah sebesar :

Dimana f = 1,0

3. Kerugian head di katup
Kerugian head di katup dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana, hv = kerugian head katup (m)
= Koefisien keruian katup
v = kecepatan rata-rata di penampang masuk katup (m/s)
Tabel 2.5 Koefisien kerugian berbagai katup




4. Panjang pipa ekivalen dari peralatan pipa
Besaran ini menyatakan kerugian dalam peralatan pipa dalam ukuran panjang ekivalen dari pipa lurus. Harga untuk berbagai peralatan pipa yang umum dibarikan dalam tabel.

Tabel 2.5 Panjang pipa lurus ekivalen, Lf



2.5 Karakteristik Instalasi
2.5.1 Kurva Instalasi

Gambar 2.23 Kurva Instalasi
Kurva ini menyatakan kemampuan pompa untuk menentukan Head H yang besarnya tergantung pada besarnya kapasitas atau laju aliran Q. Dalam oparasinya, pompa harus dapat memenuhi Head yang diperlukan oleh sistem pipa. Karena itu disamping kurva head-kapasitas dari pompa perlu diketahuipula kurva head-kapasitas dari sistem.
Besarnya head sistem, yaitu head yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair melalui sistem pipa, adalah sama dengan head untuk mengatasi kerugian gesek ditambah head statis sistem. Head statis ini adalah head potensial dari beda ketinggian permukaan dan beda tekanan statis pada kedua permukaan zat cair di tadah isap dan di tadah keluar.
Jika kurva ini digambarkan dalam diagram head terhadap laju aliran akan terbentuk seperti diperlihatkan kurva di atas. Titik perpotongan antara head kapasitas dari pompa dan dari sistem merupakan titik kerja pompa dan sistem. Pada titik ini, head yang diperlukan oleh sistem sama dengan head yang dapat diberikan oleh pompa dan laju aliran yang sama. Kurva head - laju aliran dari sistem dapat berubah misalnya karena head statis atau tahanan sistem pipa berubah. Jika hal demikian terjadi maka titik kerja pompa – sistem juga akan berubah.
Bentuk kurva dapat membentuk sebuah garis lengkung karena merupakan hubungan yang membentuk fungsi kuadrat.

2.5.2 Titik Kerja Instalasi

Gambar 2.24 Titik kerja Instalasi
Seperti telah dijelaskan di atas tadi bahwa perpotongan antara kurva head-kapasitas dari pompa dan dari sistem merupakan titik kerja pompa dan sistem. Pada titik ini efifiensi paling tinggi dapat dicapai.

2.6 Pengaturan Kapasitas Aliran
2.6.1 Pengaturan Discharge Valve
Discharge valve berguna untuk mencegah terjadinya water hammer jika suatu ketika terjadi penghentian aliran yang mendadak semcam listrik yang padam. Namun jika pompa masih dalam keadaan beroprasi dan terjadi penutupan discharge valve, maka akan terjadi kerugian daya yang besar karena tahanan katup.

Gambar 2.25 Pengaturan Katup
Pengaturan Suction Valve
Sebenarnya sangat merugikan jika pada sisi isap pompa terpasana suction valve. Karen hal ini sangat berpotensi terhadap terjadinya kavitasi. Penghambatan aliran dalam sisi isap menimbulkan banyak rongga kosong setelah letak penghambat tersebut sebelum sampai pada pompa.

Pengaturan dengan Perubahan Putaran
Walaupun mesin penggerak pompa memungkinkan untuk dapat menggerakkan pompa sentrifugal dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun hal ini tidak dapat dilanjutkan terus menerus. Karena kekuatan roda jalan sudah ditetapkan dengan batasan-batsan tertentu. Dengan adanya perubahan kecepatan akan mengakibatkan perubahan kapasitas, tinggi kenaikan dan daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan pompa.
Untuk menjelaskan masalah ini digunakan segitiga kecepatan masuk dan segitiga kecepatan keluar.

Gambar 2.26 Kurva Pengaturan Putaran

a. Pengaruh terhadap Kapasitas aliran (Q)
Semakin besar putaran pompa maka akan semakin besar pula kapasitas aliran yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan hukum kesebangunan pompa dimana :


n : Putaran pompa (rpm)
D : Diameter Impeller (m)
Q : Kapasitas aliran ( )
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kapasitas aliran berbanding lurus dengan putaran pompa.

b. Pengaruh terhadap Tinggi kenaikan pompa (H)
Tinggi kenaikan pompa berbanding lurus dengan kuadrat perubahan kecepatan putar. Sehingga :

D : Diameter Impeller (m)
H : Head total pompa (m)
n : Putaran pompa (rpm)

c. Pengaruh terhadap Daya penggerak (P)
Daya pompa akan berubah sebanding dengan dengan perubahan Q. Dengan H akan berubah berbanding kuadrat dengan perubahan kecepatan putar maka dihasilkan :

P : Daya poros pompa (kW)
D : Diameter Impeller (m)
n : Putaran pompa (rpm)

Pengaturan By Pass Valve
Pengaruh by pass digunakan untuk pompa sentrifugal yang bekerja dengan kapasitas yang lebih besar daripada kapasitas yang dibutuhkan. Bila terjadi kapasitas yang berlebih dan tidak berguna bagi instalasi, maka kelebihan kapasitas dapat dialirkan dari saluran tekan pompa langsung dikembalikan ke saluran isap pompa. Pengaturan semacam ini memberikan keuntungan pada jenis pompa tertentu semacam pompa propeller dimana daya yang dibutuhkan pompa akan akan berkurang jika kapasitas yang dihasilkan berlebih.
Pengujian Instalasi dan Target Percobaan
Pengujian instalasi yang dimaksud adalah pengujian pompa sentrifugal dengan melakukan beberapa percobaan sebagai berikut :
2.7.1 Percobaan 1
Tujuan : Mengetahui pengaruh Putaran Pompa terhadap Debit Pompa pada Head Pompa yang konstan dengan kondisi Inlet Valve Full Open, By Pass Valve Full Close dan kondisi Outlet Valve Full Open.
Variabel bebas : Putaran Pompa
Variabel tergantung : Debit Pompa
Variabel terikat : Head Pompa
Langkah Kerja : Setelah semua alat dalam kondisi siap, menjalankan pompa dengan mengubah frekuensi inverter mulai dari 10, 20, 30, 40 sampai dengan 50 Hz.

2.7.2 Percobaan 2
Tujuan : Mengetahui pengaruh Head Pompa terhadap Debit Pompa pada Putaran Pompa yang konstan dengan kondisi Inlet Valve Full Open, Bypass Valve Full Close dan mengubah kondisi Outlet Valve.
Variable bebas : Head Pompa.
Variable tergantung : Debit pompa
Variable terikat : Putaran Pompa
Langkah kerja : Setelah semua alat dalam kondisi siap, menjalankan pompa dengan frekuensi inverter stabil 50 Hz, setelah aliran stabil, kemudian menutup sedikit demi sedikit Outlet Valve supaya tekanan Outletnya (Po) naik sebesar 20 %, 40 %, 60 %, 80 % dan sampai Outlet Valve benar-benar Full Closed.
2.7.3 Percobaan 3
Tujuan : Mengetahui pengaruh Head Pompa terhadap Debit Pompa pada putaran Pompa yang konstan dengan kondisi Outlet Valve Full Open, Bypass Valve Full Closed dan mengubah kondisi Inlet Valve.
Variable bebas : Head Pompa.
Variable tergantung : Debit pompa
Variable terikat : Putaran Pompa
Langkah kerja : Setelah semua alat dalam kondisi siap, menjalankan pompa dengan frekuensi inverter stabil 50 Hz, setelah aliran stabil, kemudian menutup sedikit demi sedikit Inlet Valve supaya tekanan Inletnya (Pi) naik sebesar 20 %, 40 %, 60 %, 80 % dan sampai Inlet Valve benar-benar Full Close.

2.7.4 Percobaan 4
Tujuan : Mengetahui pengaruh Head Pompa terhadap Debit Pompa pada putaran Pompa yang konstan dengan kondisi Inlet Valve Full Cosed, Outlet Valve Full Closed dan mengubah kondisi Bypass Valve.
Variable bebas : Head Pompa.
Variable tergantung : Debit pompa
Variable terikat : Putaran Pompa
Langkah kerja : Setelah semua alat dalam kondisi siap, menjalankan pompa dengan frekuensi inverter stabil 50 Hz, setelah aliran stabil, kemudian membuka sedikit demi sedikit Bypass Valve supaya tekanan Outletnya (Po) turun sebesar 20 %, 40 %, 60 %, 80 % dan sampai Bypass Valve benar-benar Full Open.

sistem pengapian

A. Sistem Pengapian
1. Pengapian dengan Sistem magnet
Pengapian dengan sistem magnet banyak digunakan pada motor kecil, misalnya sepeda motor. Komponen sistem magnet adalah sebagai berikut :

a. Kumparan pembangkit tenaga.
Ujung kumparan dihubungkan dengan ignition coil dan ujung lainnya dengan massa.
b. Ignition coil yang berfungsi sebagai pembangkit arus induksi pada saat arus primer terputus.
c. Pemutus arus
d. Busi
e. Kunci Kontak
f. Kondensor
g. Poros nok


Cara kerja sistem pengapian magnet:
Kunci kontak yang berfungsi untuk menghubungkan rangkaian primer dngan massa, diputar mengontak (ON) maka hubungan antara rangkaian primer dengan massa melalui kunci tersebut putus. Dengan demikian, arus primer mengalir dari kumparan magnet menuju ke kumparan primer ignition coil, ke kontak pemutus arah kemudian ke massa, dan kembali ke kumparan magnet lagi. Cakra magnet berputar dan garis-garis gaya magnet memotng kumparan magnet. Arus listrik akan keluar dari kumparan magnet menuju ke koil terus ke massa dan kembali ke kumparan magnet. Apabila pada saat itu kontak platina dibuka maka terjadilah pemutusan arus primer. Pada kumparan sekunder dari koil terjadi arus induksi tegangan tinggi yang mengalir ke busi terus ke massa dan kembali ke kumparan sekunder melalui kumparan magnet dan kumparan primer. Pada busi terjadi loncatan bunga api.
Pada waktu kunci kontak diputar mati (OFF), rangkaian primer berhubungan langsung dengan massa. Akibatnya, arus primer tidak akn terputus biarpun kontak platina membuka. Arus induksi tegangan tinggi yang mengalir ke busi tidak ada sehingga busi tidak mengeluarkan bunga api dan mesin mati.
Pada sistem pengapian magnet, ada pula yang tidak menggunakan ignition coil, misalnya yang digunakan untuk sepeda motor. Kumparan magnet terdiri atas kumparan primer dan kumparan sekunder. Salah satu ujung kedua kumparan tersebut disatukan berhubungan dengan massa. Apabila magnet berputar maka pada saat garis gaya magnet memotong kumparan, arus primer mengalir dari kumparan primer ke kontak platina terus ke massa.
Pada saat kunci kontak diputar ON, hubungan ke massa melalui kunci terputus. Apabila pada saat itu kontak platina membuka maka arus primer terputus. Akibatnya, pada kumparan sekunder timbul arus induksi tegangan tinggi yang mengalir ke busi terus ke massa kembali ke kumparandan pada busi terjadi loncatan bunga api.
Apabila kunci kontak diputar OFF, kumparan primer berhubungan ke massa. Akibatnya, arus primer tidak terputus walaupun kontak platina terbuka dan busi tidak mengeluarkan bunga api.
Diagram dan rangkaian listriknya seperti gambar dibawah ini.

2. Pengapian Elektronik
a. Dengan Transistor (Transistorized Controlled Ignition)
Sistem pengapian ini menggunakan transistor, diode, resistor, dan kapasitor dengan tujuan untuk memperbesar efisiensi pengapian. Sistem pengapian elektronik ada beberapa macam antara lain:

a. sistem pengapian elektronik dengan kontak pemutus arus
b. sistem capasitor discharge ignition (CDI)
c. sistem magnetik pulse
d. sistem photo electric cell

Sebuah transistor terdiri atas bagian positif dan negatif yang diikatkan satu sama lain. Emiter (emitor) sebagai tempat masuknya arus transistor (input), base (basis) dihubungkan ke kontak pemutus arus, dan collector (kolektor) sebagai tempat pengeluaran arus (output). Kolektor dihubungkan dengan baterai melalui kunci kontak.



Prinsip kerja
Pada saat kontak pemutus arus menutup, arus dari baterai mengalir ke emitor, sebagian arus ke kontak pemutus arus melalui basis dan sebagian lagi menuju kumparan primer melalui kolektor. Apabila kontak pemutus arus terbuka maka arus yang mengalir menuju ke kontak tersebut terputus. Demikian juga arus yang menuju ke kumparan primer jga terputus sehingga timbul arus induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder kemudian ke busi. Pada saat kontak pemutus arus menutup lagi, arus dari emitor menuju basis mengalir lagi. Demikian juga dari emitor ke kolektor.
Arus yang mengalir dari emitor ke basis sangat rendah dibandingka yang mengalir menuju kolektor. Besarnya arus yang keluar dari basis kira-kira 10% dari arus yang keluar dari kolektor. Jadi, apabila dibandingkan dengan pengapian konvensional, arus yang mengalir pada kontak pemutus arus pada sistem pengapian transistor jauh lebih kecil. Oleh karena itu, kontak pemutus arus menjadi lebih awet.



Arus yang mengalir dari emitor menuju basis kemudian ke kontak pemutus arus dan massa kira-kira satu ampere. Arus yang mengalir dari emitor ke kolektor lebih dari 9 ampere. Jadi, jauh lebih besar daripada pengapian konvensional yang hanya mencapai 3 s.d. 5 ampere. Oleh karena itu, tegangan arus induksinya juga lebih besar daripada semua kecepatan mesin.

b. Dengan EFI (electronic Fuel Injection)
komponen-komponen sistem EFI termasuk perlengkapan-perlengkapan tambahan, dapat dibagi sebagai berikut :


1. Sistem Bahan Bakar (Fuel Sysstem)
Komponen-komponen ini digunakan untuk menyalurkan bahan bakar ke mesin, yang terdiri dari tangki bahan bakar, pompa bahan bakar, saringan bahan bakar, pipa penyalur (delivery pipe), pressure regulator, pulsation damper, injector, cold start injector dll.
2. Sistem Induksi Udara (Air Induction System)
Komponen-komponen ini menyalurkan sejumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran, yang terdiri dari air cleaner, air flow meter, throttle body, air valve dll.
3. Sistem Kontrol Elektronik (Electronic control System)
Sistem ini terdiri dari beberapa sensor-sensor seperti air flow meter, water temperature sensor, throttle position sensor dan intake air temperature sensor. Pada sistem ini terdapat ECU. ECU ini sangat menentukan lamanya kerja injector-injector. Pada sistem ini juga terdapat komponen tambahan, main relay yang mensuplai tegangan ke ECU, start injector time switch yang mengatur kerja cold start injector selama menstart mesin, circuit opening relay yang mengatur kerja pompa bahan bakar dan resistor yang menstabilkan kerja injector.
c. Dengan CDI (Capactive Discharge Ignition)
Secara umum CDI merupakan alat yang mampu menghasilkan energi yang kuat dalam setiap rentang putaran mesin. Pada CDI, sinyal pengapian dari pick-up coil memutus arus yang ada di sirkuit utama modul CDI. Pada saat itu, kapasitor sebagai komponen utama sirkuit membuang seluruh energi listrik yang ada di kumparan primer koil . Fungsi koil adalah sebagai transformator yang menaikkan tegangan listrik hingga 40.000 volt. Adapun bagian-bagian pada CDI sebagai berikut :
1. Regulator
Tersusun dari Elco atau aluminium capacitor dan SCR (Silicon Rectifier). Fungsinya sebagai penyetabil tegangan dari aki agar tetap 12 volt.

2. Inverter
fungsinya mirip koil. Mengubah tegangan 12 volt DC (searah) jadi 250 volt AC (bolak-balik).
3. Penyearah tegangan
Tegangan 250 volt AC kembali disearahkan menjadi DC. Komponen hanya dioda, tegangan 250 volt AC jadi 200 volt DC.
4. Kapasitor
Berwarna merah dan disebut metal film capacitor. Fungsinya untuk menyimpan sementara tegangan atau arus listrik bila sensor pulser tidak memberikan sinyal.
5. Feed Back kontrol Tegangan
Fungsinya mendeteksi arus atau tegangan. Kemudian diumpan balik ke kontrol oscilator.
6. Pembangkit Iscilator
Fungsinya sebagai pembangkit kontrol sinyal ke inventer. Dengan memperhitungkan sinyal dari pulser dan dari feed back control.
7. IC (Intregated Computer)
Pada CDI analog dan digital terdapat perbedaan pada IC.

B. Sistem Pengisian
1. Sistem Generator DC
Dinamo atau generator merupakan pembangkit tenaga listrik yang akan digunakan untuk mengisi baterai pada saat mesin hidup. Dinamo pada mobil dirancang agar pada putaran tinggi tidak mengeluarkan arus terlalu besar. Sebaliknya, pada putaran rendah tidak mengeluarkan arus terlalu kecil.
Generator DC atau dinamo terdid atas komponen-komponen selubung (rumah), inti kutub, kumparan medan, jangkar, sikat-sikat dan pully.
a. Rumah dan inti kutub
Inti kutub dibuat dari besi lunak, jumlahnya ada 4 buah yang diikatkan pada rumahnya. Inti besi ini akan menjadi magnet jika kumpara medan yang melilitnya dialiri arus listrik sehingga akan terbentuk dua pasang kutub magnet. Di antara kutub-kutub tersebut terjadi garis-garis magnet.



b. Kumparan medan
Kumparan medan adalah kumparan yang digunakan untuk melilit inti besi. Jika lilitan ini dialiri arus listrik maka inti besi kan menjadi magnet. Besarnya kemagnetan yang dihasilkan tergantung dari banyak sedikitnya lilitan dan besar kecilnya arus yang mengalir. Arus yang mengalir ke kumparan medan dapat diambil melalui sikat positf (+) sedangkan massanya berada di luar. Dinamo ini dikenal dengan nama dinamo ekternal groundid. Arus ke kumparan medan juga dapa diambil dari sikat negatif (-). Dinamo ini dikenal dengan istilah dinamo internal groundid.


c. Jangkar
Jangkar merupakan kumparan yang dililitkan pada tabung silinder, ujung-ujung kumparan itu bertemu pada komutator.

Kumparan jangkar disebut juga armature. Armature diletakkan di antara inti besi, berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak putar.

d. Sikat
Sikat pada dinamo berguna untuk menneruskan arus listrik dari kumparan jangkar. Oleh karena itu, sikat selalu menempel pada komutator. Apabila komutator berputar akan selalu bergesekan dengan sikat sehingga sikat akan mengalami keausan. Hubungan sikat dengan komutator harus kuat supaya tidak terjadi loncatan bunga api. Oleh karena itu, pada konstruksi ini dilengkapi pegas penekan.
e. Pully
Pully dipasang pada poros armature yang berguna sebagai penggerak kumparan jangkar. Pully ini digerakkan oleh poros engkol dengan menggunakan tali kipas. Tali kipas ini sekaligus sebagai penggerak pompa air.

2. Sistem Regulator Generator
Dinamo yang berfungsi sebagai penghasil arus listrik akan mengeluarkan arus tergantung dari besarnya kemagnetan pada inti besi dan kecepatan putar poros engkol. Arus yang besar dari dinamo tidak selalu menguntungkan karena arus yang masuk ke baterai tidak boleh terlalu besar. Oleh karena itu, perlu pembatas arus yang disebut regulator. Regulator generator terdiri atas 3 bagian antara lain:

a. Cut out relay, berguna untuk mencegah mengalirnya arus listrik dari baterai ke regulator.
b. Voltage regulator, berguna untuk membatasi tegangan yang dihasilkan oleh dinamo. Tegangan yang diijinkan antara 12,8 volt sampai 14,8 volt.
c. Current regulator, berguna untuk membatasi arus yang dihasilkan dinamo agar arus yang mengalir ke baterai tidak berlebihan.



Cara kerja sistem pengisian dinamo
Apabila kunci kontak dihubungkan (ON) maka arus listrik akan mengalir dari baterai - amperemeter - lampu indicator - sikat positif – kumparan medan – massa. Karena terjadi rangkaian tertutup, lampu indicator menyala dan inti besi pada dynamo menjadi magnet. Jika mesin hidup dan dynamo berputar maka kumparan jangkar akan menghasilkan arus listrik. Pada saat tegangan kurang dari 12 volt kemagnetan pada inti besi menjadi lemah, cut out relay tidak mampu menarik pelat kontak (Po) sehingga tidak terjadi pengisian.
Pada saat tegangan yang dihasilkan 12 volt- 13,8 volt, kemagnetannya menjadi lebih kuat sehhingga Po berhubungan dengan Pi. Dengan demikian, arus dari dynamo akan mengalir ke baterai melalui terminal A - Po - Pi - terminal B – amperemeter. Pada saat terjadi pengisian lampu indicator tidak menyala karena tidak terjadi beda potensial. Sementara arus yang mengalir ke pembatas arus dan pembatas tegangan tidak dapat menyebabkan plat kontak terputus, kemagnetan pada inti besi dinamo bertambah kuat.
Pada saat tegangan yang dihasilkan 13,8 volt – 14,8 volt kecepatan putar dinamo bertambah. Dengan demikian, kemagnetan inti besi pada pembats arus dan pembatas tegangan bertambah kuat sehingga P2 akan terputus hubungannya dengan P3 dan P4 terputus hubungannya P5. Hal ini mengakibatkan hubungan massa kumparan medan terputus sehingga arus yang mengalir ke kumparan medan harus melalui hambatan (R). Dengan demikian, kemagnetan yang terjadi pada inti besi menjadi kecil. Akibatnya, arus dan tegangan yang dihasilkan dinamo menurun sehingga pengisian arus ke baterai tidak terjadi. Penurunan arus dan tegangan dinamo ini menyebabkan P2 dan P3 berhubungan, demikian juga P4 dan P5. peristiwa ini terjadi berulang-ulang sela mesin berputar.

alat penekuk

Alat penekuk
1. Cara kerja
Permukaan lembaran logam akan dibentuk seperti huruf U menggunakan silinder pneumatik. Untuk memulai gerakan dilakukan dengan menekan tombol tekan, jika tombol dilepas maka batang piston silinder kembali ke posisi semula. Silinder (1.0) yang digunakan berdiameter 150 mm dan mempunyai panjang stroke 100 mm. Majunya silinder harus dapat diatur secara perlahan, sedangkan gerakan kembali dilakukan dengan cepat.

2. Gambar kerja


3. Rangkaian pneumatik
Gambarlah rangkaian kontrol pneumatik alat tersebut dengan :
• silinder kerja tunggal
• silinder kerja ganda

Alat penekuk

4. Diagram langkah silinder kerja tunggal dan ganda.


5. komponen-komponen rangkaian pneumatik
a. Komponen silinder kerja tunggal
1. Katup 3/2, 2 buah.
2. Penggerak tuas/tombol dan pegas.
3. Kompresor.
4. Throttle relief valve/ katup cerat.
5. Shuttle ValveSilinder kerja tunggal.

b. komponen silinder kerja ganda
1. Katup 3/2.
2. Katup 4/2.
3. Penggerak tuas/tombol dan pegas.
4. Kompresor.
5. Throttle relief valve/ katup cerat.
6. Shuttle ValveSilinder kerja ganda.



BAB III

UKURAN NILAI PUSAT

Suatu kumpulan data biasanya mempunyai kecenderungan untuk memusat pada nilai tertentu dimana nilai tertentu tsb bisa berupa nilai tunggal atau nilai tendensi pusat yang kemudian disebut NILAI PUSAT.

Disebut sebagai Nilai Pusat karena nilai tsb berada pada pusat distribusi data.

Anggota Nilai Pusat adalah MEAN, MEDIAN, MODUS.

MEAN ------- adalah rata rata nilai

MEDIAN ------ adalah nilai tengah dari distribusi

MODUS ------ adalah nilai yang paling banyak keluar.

RATA-RATA UKUR ( GEOMETRIC MEAN )

Suatu kuantitas yang besarannya berubah-ubah tidak bisa kita ukur Mean-nya dengan menggunakan rumus rata-rata hitung ( arithmetic mean ). Dia harus dihitung dengan rumus lain yaitu Geometric Mean ( GM ). Kuantitas yang berubah besarannya adalah panjang logam bila temperaturnya dinaikkan, volume air raksa pada berbagai suhu.

Sebagai contoh : Deposito di Bank sejumlah Rp 100.000,- selama 5 tahun dengan tingkat bunga spt ditunjukkan dalam tabel. Hitunglah rata-rata faktor pertumbuhannya.

KARENA KUANTITAS DARI PERTUMBUHAN BERUBAH-UBAH MAKA TIDAK BISA DIHITUNG DENGAN ARITHMETIC MEAN. UNTUK HAL INI HARUS DIHITUNG DENGAN GEOMETRIC MEAN

BAB IV

STANDARD DEVIASI

Standard Deviasi ( SD ) adalah pembakuan dari penyimpangan nilai pada distribusi data yang dihitung dari nilai Mean-nya, dalam bahasa Indonesia dinamakan Simpang Baku.

Nilai SD semakin kecil mempunyai implementasi semakin baik. SD diusahakan tidak melebihi dari 5%.

Standar deviasi ada dua macam, yaitu :

1. Data distribusi tunggal

2. Data distribusi frekwensi

TUGAS II

PT Glagah Wangi memproduksi Hopper untuk mesin disel silinder tunggal. Pada akhir triwulan I ada 36 karyawan yang diberi tugas untuk memperbaiki Hopper yang mengalami cacat coran. Setelah dua minggu masing-masing karyawan menyelesaikan Hopper dengan jumlah yang berbeda-beda.Hasil pekerjaan mereka ditabulasikan sbb :

Tabel : Hopper Yang Telah Diperbaiki Oleh 36 Karyawan.

( Ditulis urut sesuai no induk karyawan )

36 34 23 21 12 43 56 33 62

69 23 45 56 62 59 44 49 38

17 16 28 39 61 43 35 38 59

35 38 26 28 37 42 41 47 51

Buatlah Tabel Distribusi Frekwensi seperti latihan yang sudah dikerjakan dan Hitung SD ?